Monday, May 19, 2014

Wanita Pemimpin

Dari dulu, tanpa saya sadari, saya sering menghindari posisi sebagai pemimpin. Dari jaman SD sampai kuliah. Baik itu ketua kelas, ketua kelompok tugas, ketua kelompok pramuka, atau ketua organisasi lainnya. Beberapa kali diminta untuk memimpin, beberapa kali itu pula saya menghindar dan menolak. Caranya macam-macam, bisa perlahan mundur dan tidak peduli, bisa jadi hingga memang terucap kata 'tidak'.

Saya jadi ingat, kejadian semasa kelas 2 SMA. Saat saya ditunjuk untuk menjadi ketua organisasi. Sungguh, saat itu penolakan dalam diri besar sekali. Sekalipun sampai seorang senior menelpon meminta agar saya menjadi ketua. Namun tetap, tidak mau. Terakhir, masa kuliah.. Diminta untuk memimpin perusahaan. Jawaban yang sama, tidak mau.

Kalau dievaluasi kenapa saya seperti itu, bisa jadi karena mental anak bungsu dalam diri saya terlalu kuat. Rasa takut karena berada di jajaran paling depan selalu membuat saya lemah, karenanya selalu saya hindari.

Hal seperti itu terus berlangsung hingga sekarang. Ada yang berhasil saya tolak, ada yang tidak bisa. Sekarang mau tidak mau, saya harus menjadi pemimpin. 

Keadaan yang benar-benar menyebalkan. Saya akui, banyak kegagalan terjadi dan hal itupun mempengaruhi anggota tim. Sungguh ingin sekali keluar dari keadaan ini, tapi masalahnya adalah, saya tidak bisa mundur. 

Pilihannya, melawan ketakutan dalam diri sendiri atau membiarkan kegagalan terus terjadi.


Kalau teori di atas benar, sekarang saya sudah punya partner perempuan, maka seharusnya.. Saya bisa menjadi lebih baik sebagai ketua tim. Harus bisa. *memengaruhi diri sendiri* >.<

No comments:

Post a Comment