Friday, September 14, 2012

Pintar dan Santun

Di kuliah beberapa hari yang lalu, kelas mendadak agak kaku. Setelah baru saja salah satu rekan berbicara mengungkapkan pendapatnya dan dosen berkomentar bahwa ada cara bicara dari rekan saya yang salah.

Bagi saya, cara rekan saya mengungkapkan pendapat itu cukup baik, penuh percaya diri dan jelas. Beliau juga termasuk yang aktif berbicara di kelas. Sehingga membuat saya mudah mengenali dari gaya bicaranya tanpa perlu melihat siapa yang berbicara. Tidak seperti saya yang lebih banyak diam. :p Jadi, bagi saya tidak ada masalah dengan caranya mengungkapkan pendapat.

Tapi, ternyata tidak demikian dengan dosen saya. Beliau menilai bahwa cara rekan saya mengungkapkan pendapat itu kurang baik, kurang santun katanya. Tentu ini dari sudut pandang yang berbeda, saya sebagai sesama mahasiswa dan dosen saya sebagai dosennya.

Dosen saya meminta maaf, jika katanya mengkritik cara berbicara tersebut. Tapi demi kebaikan kami itu perlu disampaikan. Menurutnya, setiap kali mendengar rekan saya berbicara beliau merasa tidak punya 'space', dan ini akan menjadi masalah jika menghadapi promotor (pembimbing) atau penguji saat presentasi (bisa presentasi progres atau sidang akhir).

Masalah, jika ketika kita yang menyampaikan pendapat, dan ternyata membuat penguji merasa tidak enak hanya karena cara penyampaian kita yang kurang baik atau tidak bisa diterima oleh penguji hingga membuatnya (misal) tersinggung. Bisa jadi, mungkin materi atau teori yang kita sampaikan sudah benar, tapi karena ada masalah dengan perasaan, maka membuat penguji tidak mau menerimanya dan terus mempersulit. Padahal kesalahan bukan pada materi, tapi etika. Sopan santun.

Jadi, ketika menyampaikan pendapat, selain menyiapkan materi sebaik mungkin, juga perlu menyampaikannya dengan cara yang santun. Lalu, santun itu yang seperti apa?

Relatif. Tergantung dengan siapa kita berbicara, seperti kata pepatah.
Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

Setuju?

No comments:

Post a Comment